Selasa, 22 September 2009

Rematik Bisa Berujung Kecacatan

REMATIK identik dengan orang lanjut usia. Dibandingkan dengan penyakit lain, seperti jantung misalnya, gangguan pada persendian ini masih dipandang sebelah mata.

Meski tidak menyebabkan kematian, rematik tidak seharusnya dianggap remeh. Membiarkannya tanpa penanganan bisa menyebabkan sejumlah anggota tubuh tidak berfungsi normal.

Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk di dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung menyebabkan aktivitas sehari-hari bisa terhambat.

''Kalau sudah kumat rematiknya, untuk berjalan di sekitar rumah saja terasa sakit. Biasanya saya berhenti sebentar sampai nyeri reda,'' papar Sulastri, 59.

Menurut ibu tujuh anak itu, nyeri rematik menyerang pada kedua kaki. Aktivitas berlebihan disebut-sebut sebagai penyebab munculnya rematik. Penyakit ini telah menemani hari-hari Sulastri sejak 2001. Berbagai pengobatanpun sudah pernah dicobanya untuk mengatasi nyeri yang menyerang.

''Mulai dari obat-obatan dokter sampai cara-cara tradisional pernah saya coba untuk mengurangi nyeri yang mengganggu,'' sambung wanita kelahiran 30 Desember 1948 itu.

Konsultan Rematik dari RS Pondok Indah, dr Bambang Setiyo Hadi, SpPD mengungkapkan, rematik merupakan sekelompok jenis penyakit. ''Ada bermacam-macam lebih penyakit rematik. Biasanya disertai pula dengan inflamasi atau peradangan pada persendian,'' ujarnya.

Sampai saat ini penyebab rematik belum diketahui secara pasti. Gejalanya tidak selalu sama untuk masing-masing penyakit. Namun, secara umum penyakit ini ditandai dengan gejala seperti nyeri di lutut, siku, pergelangan, maupun di bagian sendi-sendi lain. Artinya, semua anggota tubuh berpotensi terserang nyeri rematik.

Penyakit rematik pada dasarnya terjadi pada persendian yang bengkak, pengapuran hingga menyebabkan sakit bila digerakkan. Jenis rematik ada berbagai macam, seperti rematik artritis dan lupus. Ada pula jenis rematik yang menyerang laki-laki muda dengan gejala nyeri pinggang yang disebut dengan ankylosing spondylitis.

Menurut Bambang, rematik biasanya dipicu oleh pekerjaan sehari-hari. Aktivitas yang berlebihan pada salah satu sendi menyebabkan gejala nyeri muncul. Sebagai contoh, seseorang yang sering naik motor akan berisiko mengalami nyeri di bagian pinggang.

Meski demikian, rematik tidak sekadar urusan nyeri di bagian tubuh tertentu saja. Anggapan bahwa penyakit ini tidak berbahaya dan bisa disembuhkan dengan beristirahat tidak sepenuhnya benar.

Chief of Rheumatology dari Director of the Pain, Case Western Reserve University, Howard R Smith, MD mengungkapkan seseorang yang telah terdiagnosis rematik masih bisa beraktivitas normal. ''Namun, dalam jangka waktu lama kualitas hidup penderita akan semakin memburuk dibandingkan mereka yang tidak mengalami rematik,'' ungkapnya.

Smith menambahkan, kondisi ini tidak berarti mereka yang mengalami rematik mempunyai harapan hidup lebih pendek. Namun, seringkali diidentikkan dengan beberapa komplikasi dari rematik itu sendiri.

Kondisi ini disebabkan dengan informasi setengah-setengah yang dipahami masyarakat. ''Akibatnya banyak masyarakat yang baru memeriksakan diri setelah berada pada kondisi yang parah,'' tandas Smith.

Sedangkan Bambang menambahkan, apabila nyeri terus berlanjut dan tidak ditangani dengan tepat maka bisa menyebabkan kecacatan. ''Hal ini disebabkan kaku di persendian yang berlangsung lama dan hasilnya sendi dapat berubah bentuk,'' tuturnya.

Oleh karena itu, tujuan dari pengobatan rematik untuk memperbaiki kualitas hidup dan menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal. Maka penanganan sejak dini menjadi suatu keharusan dan tidak sembarang membeli obat-obatan antinyeri anti-inflamasi non steroid (NSAID). Apalagi pemakaian obat yang bertujuan menghilangkan rasa nyeri itu seringkali menimbulkan efek samping yang serius.



Sumber :
23 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar